Superplankton on Blog!: Pengkaderan awal: Finansial 2008
Salam Admin!
Ikuti Blog Ini !
Daripada cuman jadi pengagum rahasia. Update-an Blog akan dikirim Langsung ke Dashboardmu!
Lihat Profil Lengkap Ku
Tanyakan Apa Saja!
C-BOX (Baca: Ceboks)
Admin


Kamu pengunjung ke:
Pengkaderan awal: Finansial 2008
Di sinilah kami, sekitar 78 orang dari 92 mahasiswa baru Fakultas Ekonomi, Jurusan Ilmu Ekonomi, Universitas Hasanuddin. Hari ini, Minggu, 12 Oktober adalah hari kedua dari salah satu kegiatan pengkaderan yang wajib diikuti untuk menjadi keluarga Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. Tidak seperti hari pertama yang kegiatannya kebanyakan adalah pemberian materi, hari ini jadwalnya sedikit berbeda, selain pemberian materi, agenda yang lain yaitu perkenalan dengan kanda-kanda senior mulai dari angkatan 2007 sampai 2001.

Orang berpostur kecil yang duduk paling depan di barisan ketiga dari kanan itu adalah aku. Sedangkan yang duduk di samping kananku adalah seorang yang menyandang nama seorang Muadzin kenamaan, Bilal Abdul Wahid, dan di samping kiriku, adalah seseorang yang sudah kukenal karena sering menngikuti kuliah di kelas yang sama. Namanya Esabri Rumpang.

Satu hal yang menarik hari ini adalah penampilan kami. Tidak seperti kegiatan-kegiatan sebelumnya yang berpakaian bebas, hari ini kami mengenakan setelan pakaian yang cukup unik. Keneja putih lengan panjang yang dipadukan dengan celana kain hitam bagi peserta putra, dan rok panjang hitam bagi peserta putri, sepatu hitam, dan sehelai pita hitam putih yang menempel di kemeja bagian dada sebelah kiri. Anda mungkin sering melihat orang berpakaian seperti ini sedang membagikan selebaran brosur diskon di supermarket, atau datang ke rumah anda menawarkan barang-barang rumah tangga dengan senyuman manis dan dalam beberapa kasus memberikan pertanyaan yang bila Anda dapat menjawab dengan benar, Anda berhak mendapatkan diskon khusus. Sungguh modus yang menarik, jelas saja modus kuis ini hanya untuk menarik hati calon konsumen. Yang membedakan kami dengan penampilan mereka adalah pita hitam putih yang menempel elegan di atas saku kemeja kami.

Agenda dimulai, setelah materi Hakikat Organisasi selesai, agenda berikutnya adalah perkenalan pengurus lembaga, dan perkenalan dengan kanda-kanda senior. Ahhh, tak usah berbelit-belit, langsung saja kuceritakan saat perkenalan dengan angkatan 2001-2003, berhubung yang ditugaskan kepada kami memang menuliskan hal-hal yang terjadi saat perkenalan angkatan 2001-2003. Langsung saja, mari kita mulai:

"Tunduk!!!!"
Begitulah perintah yang banyak terdengar hari ini. Entah apa maksudnya. Namun kami menurut saja. Kami menundukkan kepala menghadap tegel dan melayangkan pikiran entah kemana, sambil menahan nyeri di leher karena terlalu lama menunduk. Satu per satu senior angkatan 2001-2003 memasuki ruangan, lalu mengambil tempat masing-masing. Ada yang duduk di kursi depan, ada yang berdiri, serta ada pula yang berdiri di belakang mimbar di depan kami.

Ini adalah pertama kalinya kami berhadapan dengan mereka. Kami sama sekali tak punya prediksi bagaimana kepribadian mereka semua. Humoriskah? Tegaskah? Kami masih bertanya-tanya dalam hati. Dan tentu saja, masih menunduk. Baru setelah diperbolehkan menegakkan kepala, akhirnya kami melihat langsung wajah mereka, sumber suara-suara yang tadi menghiasi ruangan.

"Panitia Silahkan Keluar!" Itulah instruksi pertama mereka.
Sekarang tinggallah kami, Mahasiswa baru bersama mereka, senior-senior angkatan 2001-2003, tanpa panitia, tanpa Steering Commitee, entah apa yang akan terjadi sekarang.

Perkenalan dimulai. Seperti sebelumnya, perkenalan berlangsung singkat. Namun bukan berarti sudah selesai. Itu hanya permulaan. Mereka jelas punya rencana lain, yang tak mampu kami tebak. Dan benar saja, mereka meminta kami berdiri dari tempat duduk kami, dan berhadapan dengan teman yang ada di sebelah kami. Dengan kurang bersemangat, ku laksanakan perintah mereka. Aku berdiri, dan langsung menghadap ke arah Esabri, sambil menunggu instuksi selanjutnya. Satu dari mereka memberikan kami sepotong kue, dengan instruksi, kue itu harus dimakan oleh seluruh peserta yang ada di setiap barisan.

Sedikit demi sedikit, kue itu terpotong oleh gigi-gigi kami. Setelah lepas dari bibir Bondan, lalu ke bibir Bilal, lalu ke bibir ku, lalu ke bibir Esabri, lalu dioper ke barisan belakang. Ini belum seberapa, salah seorang lagi dari mereka, memberikan kami sebuah permen wangi penyegar mulut yang sudah kulupakan Merknya, entah Rela*a atao K*ss. Instruksinya adalah, permen wangi penyegar mulut itu harus dicicipi oleh seluruh peserta dalam barisan. Cara memberikannya bukan menggunakan tangan, tapi dengan mulut. Cukup menjijikkan juga, tapi tak ada seorang pun dari kami yang berani melawan instruksi tersebut. Semua melaksanakan instruksi tersebut dengan satu alasan: Takut. Sekilas aku teringat pengalaman ku saat menjalani prosesi pengkaderan semasa SMA dulu, permen yang digilir dari mulut ke mulut, tak kusangka kutemui lagi hari ini, 3 tahun setelah pertama dan terakhir kali aku melakukannya.

Pandanganku tak sengaja melihat ke barisan putri, kulihat mereka telah melakukan hal yang telah diinstrusikan senior tersebut, memindahkan permen dari mulut ke mulut, sekilas terlihat seperti sedang berciuman. Ya Tuhan, Pengalaman First Kiss ku bersama seorang laki-laki?! Sungguh tidak pantas untuk diceritakan pada anak cucu kelak.

Kupaksa otakku berpikir memikirkan cara agar kami tak perlu berciuman untuk memindahkan permen wangi penyegar mulut itu ke mulut Esabri yang sejak tadi telah berdiri di depanku. Namun tak juga kutemukan cara lain, karena dengan cara lain yang sedang kupikirkan, sangat beresiko, karena bisa-bisa permen wangi penyegar mulut itu terjatuh ke lantai, dan entah apa yang akan terjadi. Akhirnya dengan sangat pasrah, kegunakan juga teknik kolosal yang tadi sempat kulihat dari peserta putri.
Kumiringkan kepalaku lalu seraya memindahkan permen wangi penyegar mulut itu ke mulut Esabri. Jika dilihat dari belakang, akan terlihat seperti adegan ciuman di film-film barat yang sering ditayangkan di televisi.

Menjadi orang yang pertama mencicipi permen itu bukanlah sebuah keberuntungan, namun sebuah kesialan yang luar biasa. Karena sehabis dari barisan belakang, permen wangi penyegar mulut itu harus kembali lalu berakhir di mulut ku. Sungguh sial. Kenapa tadi aku memilih duduk di depan? Namun ternyata Dewi Fortuna sedang menari tersenyum di sampingku, permen wangi penyegar mulut yang mungkin sekarang tak lagi segar karena telah bercampur air liur dari mulut-mulut berbeda itu tak lagi kembali kepadaku. Entah mulut siapa yang telah mengeksekusinya. Untung saja aku memilih duduk di depan.

Tragedi Permen Wangi Penyebar Mulut telah selesai. Namun sekali lagi, bukan berarti ini telah selesai. Masih ada satu lagi yang telah disiapkan oleh mereka. Entah hal apa lagi yang akan mereka lakukan kepada kami. Aku sama sekali tak mampu menebak. Keperhatikan wajah-wajah peserta lain. Kuperhatikan wajah-wajah yang kebanyakan tak kukenal itu. Mereka menunjukkan ekspresi yang sama: Tegang. Mungkin inilah pertama kalinya mereka dihadapkan dengan situasi seperti ini. Kuperhatikan lagi jendela-jendela kaca. Ku tembus kaca-kaca itu, sempat kulihat beberapa orang senior yang mencoba melihat apa yang sedang terjadi di ruangan. Namun sempat ditegur oleh senior yang ada di dalam ruangan.

Masih ada satu lagi, namun kali ini dikhususkan bagi peserta putra. Para peserta putri diharuskan menunduk dan tak boleh ada yang mengintip. Teriakan-teriakan menggema, memenuhi ruangan yang cukup besar ini. Peserta putri pun melakukan perintah senior tanpa pikir panjang, mereka menunduk dan tak berani menegakkan kepala mereka. Tinggallah kami, peserta putra menunggu hal berikutnya. Kami peserta putra yang masih berhadapan sejak tadi (Tragedi Permen Wangi Penyegar Mulut) diperintahkan saling mendatte' telinga (mohon maaf, saya tidak tahu apa bahasa Indonesia baku dari bahasa daerah yang agak populer ini). Semula aku tak bersedia, namun karena terus dipaksa, terpaksa aku melakukannya. Kudatte' telinga kiri Esabri, dan dia mendatte' telinga kananku. Terjadilah adegan datte'-mendatte' antarpeserta yang berlangsung cukup lama.

Kulakukan ini namun bukan berarti aku tidak keberatan. Beberapa kali aku berhenti melakukannya, namun karena Esabri yang meminta, tetap saja aku melakukannya. Ku datte' dengan sangat-sangat pelan. Beberapa saat kemudian aku benar-benar tak ingin melakukannya lagi. Seorang senior melihatku meletakkan tangan kiriku di atas saku celana ku, lalu dia menyuruhku memasukkan tangan ku ke dalam saku celana ku, aku tak mengerti apa maksudnya. Lalu pembangkangan kumulai. Tak sedikitpun ku lakukan perintahnya. Dia mendekatiku , sambil tetap memaksaku melakukannya. Kuturunkan tangan kananku, Ku hentikan mendatte' telinga Esabri. Esabri diam di hadapanku. Dia hanya menatap kami, seorang mahasiswa baru dengan seorang senior yang mempertahankan keinginan masing-masing.
Senior yang kumaksud meraih tangan kiriku dan memaksanya masuk ke saku celana ku. Kulawan dengan mempertahankan posisi tanganku. Namun ia tak berhenti. Ia tetap saja memaksaku.

Tak berhasil dengan cara itu, senior yang kumaksud berdiri di belakang ku tetap saja memaksa dengan cara lain. Ia memukul-mukul pelan punggungku dengan jari-jarinya. Aku tetap tak bergeming. Ia berhenti. Lalu mengangkat kedua tangannya. Mendekatkannya ke telingaku, lalu mendatte' kedua telingaku. Namun sama sekali tak kupikirkan rasa sakitnya, Aku tak bereaksi. Begitu pula Esabri yang masih membatu di hadapanku. Tak lama, senior yang kumaksud berhenti mendatte' telingaku. Sampai sekarang aku tak tau siapa dia, karena tak sempat kulihat wajahnya, karena ia terus berdiri di belakangku.

"Keberatan?" Tanya seorang senior padaku
"Iya, Kak" Kataku pelan. Namun ia tak mendengarnya dengan jelas. Dia pikir aku berkata "Tidak"
"Kalau saya keberatan ka'." Katanya lagi.
Lalu aku berkata dengan sedikit lebih keras "Iya, Kak. Keberatan"
Baru kemudian ia mengerti maksudku. Ia meminta ku dan Esabri maju ke depan kelas, memintaku duduk di bangku tempat duduk para senior tadi. Entah apa yang akan terjadi sekarang. Aku sama sekali tak memikirkannya. Esabri mengikutiku lalu duduk di samping ku.

Kuperhatikan apa yang dilakukan peserta lain, mereka masih saja melakukan Adu Datte' itu, dan terikan-teriakan senior masih saja terdengar "Lebih Keras!!! Lebih Keras!!!". Sedangkan aku dan Esabri duduk kalem menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya pada kami. Aku merasa bersalah pada Esabri, karena telah menyeretnya bersamaku. Kutangkap perasaan takut darinya. Aku semakin merasa tak enak pada temanku yang satu ini.

Namun ternyata keadaan tak seburuk itu. Senior yang tadi memerintahkan kami duduk di depan meminta kami duduk kembali ke tempat kami semula. Aku lega, begitu pula Esabri. Aku lega karena permainan dari senior-senior ini telah selesai, setelah seorang peserta putri diminta menulis surat cinta untuk senior-senior tertentu.

Terakhir, salah seorang senior memerintahkan kami membuat semacam resume (tulisan) atas apa yang terjadi sejak senior angkatan 2001-2003 masuk sampai mereka keluar. Aku bingung, apa yang akan aku tulis? Sempat aku berpikir untuk tidak mengerjakannya karena tak tahu akan menulis apa. Akhirnya kuputuskan untuk menulis dengan gaya tulisan yang seperti ini.
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 09.50   0 Komentar
Buka/Tutup Komentar
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Daftar Isi
Teman Blogging
Kosmik Blogger
Arsip
Sponsor