Superplankton on Blog!: Dua Malaikat di Kuburan Panaikang
Salam Admin!
Ikuti Blog Ini !
Daripada cuman jadi pengagum rahasia. Update-an Blog akan dikirim Langsung ke Dashboardmu!
Lihat Profil Lengkap Ku
Tanyakan Apa Saja!
C-BOX (Baca: Ceboks)
Admin


Kamu pengunjung ke:
Dua Malaikat di Kuburan Panaikang
Senin, 5 Januari 2009
"Adek, Dimana mekoohh??"
"Di jalan mie, Kak. Tunggu mie"
"Cepat ko nahh!!! Ada meka' di kuburan Panaikang"
Itulah potongan percakapan ku dengan Dhila lewat handphone. Hari ini, Aku, Bang Wandy, Thyka, dan Dhila ditugaskan melakukan pengecekan lokasi di Kuburan Panaikang selaku tempat diadakan Jurit dalam rangkaian DikLatSar 26.
Kuparkirkan motor Bang Sam yang kupakai ke sini di belakang motor Bang Wandy sambil menunggu kedatangan Thyka dan Dhila. Sembari menunggu, kuperhatikan segala euforia di bawah langit Panaikang. Pemakaman Umum Panaikang. Terlepas dari kenyataan bahwa tempat ini adalah pemakaman, tempat ini tidak jauh berbeda dengan tempat-tempat lain yang pernah kudatangi. Anak-anak kecil bermain sepak bola dengan riang, berlarian ke sana kemari, main kelereng, yang membedakan hanya sebuah gubuk tempat seorang ibu berjualan kembang. Hanya itu.
Sepuluh menit berlalu, akhirnya Thyka dan Dhila datang menghampiri kami. Pengecekan pun dimulai.
"Bruuummm"
Dan motor kami meluncur pelan menyusuri jalan di tengah-tengah nisan dan pepohonan.
Kami berhenti ujung jalan yang bisa dilalui kendaraan.
Tiba-tiba terdengar suara anak kecil dari belakang
"Kak, kujaga motor ta' nahh??"
Aku tersenyum padanya
Lalu terdengar lagi suara lain
"Kak, kujaga motor ta' nahh??"
Aku kaget bercampur heran, yang baru saja mengucapkan itu adalah seorang wanita seumuran atau bahkan lebih tua dari ibuku. Ia tersenyum penuh harap. Kuperhatikan penampilannya. Daster bermotif kembang. Ia berjalan agak bungkuk. Tetap tersenyum. Semula tak terlalu kuperhatikan. Dan pengecekan dilanjutkan.

Pengecekan selesai.

Kami berempat kembali ke motor, anak kecil dan wanita tadi masih setia menunggu kami. Kusodorkan selembar uang ribuan pada si anak, dan selembar lagi pada si wanita tua. Mereka berdua tersenyum. Si anak meloncat-loncat kecil, dan si wanita...
Ia tersenyum sangat gembira. Terlihat lebih gembira dari si anak. Seolah mendapatkan hadiah jutaan rupiah, padahal hanya seribu rupiah. Ia tersenyum pada kami berempat. Dan senyumnya kali ini sangat-sangat manis.
Kami berempat berpandangan. Heran dengan ekspresi yang sama: Heran, kasihan, dan terharu.
Kucoba menyembunyikan mataku yang telah berkaca-kaca. Lalu beranjak pulang. Seolah menunggu kami pulang, si wanita tua berhenti di pinggir jalan lalu sekali lagi melempar senyum pada kami. Kubalas juga dengan sebuah senyuman. Aku sadar, senyuman dari kami mungkin lebih berharga baginya dari uang yang kami berikan.

Bang Wandy: "Padahal dua ribu jiee..."
Thyka: "Senangnya lohh!!!"
Dhila: "...."
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 06.34   0 Komentar
Buka/Tutup Komentar
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Daftar Isi
Teman Blogging
Kosmik Blogger
Arsip
Sponsor