Superplankton on Blog!: Yasa, Gua, dan Five Star Doctor
Salam Admin!
Ikuti Blog Ini !
Daripada cuman jadi pengagum rahasia. Update-an Blog akan dikirim Langsung ke Dashboardmu!
Lihat Profil Lengkap Ku
Tanyakan Apa Saja!
C-BOX (Baca: Ceboks)
Admin


Kamu pengunjung ke:
Yasa, Gua, dan Five Star Doctor
Kamis, 27 Agustus 2009. 15 menit setelah gua buka puasa di kampus. Di warung mace, warung di belakang Fakultas Ekonomi. Bukan di kolong. Satu hal yang selalu jadi pertanyaan gua, kenapa hampir semua kantin yang dipunyai sama ibu-ibu selalu disebut "mace"?!
Contohnya kayak gini. Gua lagi di Fakultas, trus ada yang ngajakin makan "Tyar, makan yuk?!"
Trus Gua tanggapi "Di mana?!"
"MACE". Dan yang dimaksud adalah kantin di kolong perbatasan Ekonomi - Sastra.
Pas Gua jalan lagi di Fakultas SosPol, ada lagi yang ngajakin "Tyar, buka di sini aja yah?! Di MACE. Belakang situ" MACE yang dimaksud beda lagi. Pas gua cerita ama teman-teman gua, ternyata kantin tempat makannya juga disebut MACE.
Tapi bukan MACE yang mau gua omongin.
Langsung Saja Kita Ke TKP !
Habis menikmati pisang ijo yang harganya 3ribu di kampus, gua langsung mengarahkan Shogun 125 RR ke rumah Mas Yasa. Sekalian balikin leptopnya Rahmat yang gua pinjem tapi gak gua apa-apain. Lupa minta passwordnya. Mungkin karena udah hapal aura kedatangan gua, Yasa langsung ngintip dari balik tirai nyuruh gua masuk padahal gua belum bikin ribut depan rumahnya. Baru aja gua masuk langsung ditawari es buah di atas mejanya. Akhirnya gak makan es jelly secangkir-dibagi-dua-yang-jadi-nya-setengah-cangkir kayak dulu. Belum ludes es buahnya gua kunyah, Yasa udah main ke dapur aja nge-goreng nugget sama ayam yang sudah diapakan sedemikian rupa. Ada apa dengan anak ini?! Gak biasanya. Dan gak beberapa Rahmat udah datang dengan setelan baju koko. Pasti habis dari mana anak ini?!
Merasa gak cukup, gua minta bikin Indomie Coto Makassar yang rasanya kayak rendang buat teman makan. Soalnya kagak ada kuahnya rasanya kurang mantap. Semuanya sudah siap, langsung aja gua telan tanpa ampun.
Habis makan, gua langsung meraih laptop Compactnya Yasa yang sudah tergeletak pasrah di atas meja. Minta dijabanin ama gua. Tanpa mikir panjang pun langsung gua pencet semua tombol yang bisa gua pencet (okeh, gua berlebihan). Sebelum makan memang gua udah diminta ama Yasa buat bantuin bikin tugas dari dosennya yang siswateladandariSDsampaiMahawasiswa. Nulis soal "Five Star Doctor". Sebenarnya gua ogah. Apayang gua tahu soal dunia kedokteran. Okeh, waktu SMA memang gua anggota organisasi kemanusiaan. Tapi tetap saja masih jauh dari dunia kedokteran. Kalau gua ingat-ingat, terakhir gua belajar soal kedokteran mungkin waktu gua masih SD kelas empat atau lima, gua sempat ikutan pelatihan dokter kecil bareng teman-teman gua. Tapi itu udah lama banget, dan sekali lagi - jauh dari dunia Five Star Doctor - Istilah baru buat gua yang udah empat bulan belajar teori makroekonomi. Kalau tadi gua gak disogok, mungkin gua udah bilang "Enak aja Loe minta dibikinin! Loe kira bikin itu gampang?!". Dan mengingat jasa-jasanya yang telah lalu, akhirnya saya pun mengiyakan untuk membantu beliau. Biar dia tenang di sana.
Leptop gua pindahin ke ruang tamu. Pintu dibuka lebar-lebar lalu ditutup lagi sama Yasa
"Woi! Buka! Panas!"
"Kau mau nyamuk masuk semua?!"
Gua diem.
Menatap dalam-dalam ke layar. Gak tahu mau nulis apa. Gua nyoba nangkep satu arti di balik layar leptop ini. Walah!
Klik kanan > Eksplore > Film (D) > New Song (lagunya disimpan di folder film. Aneh kan?!) > Lagu Barat Baru > Klik dua kali.
Panic at The Disco pun bernyanyi nemenin gua yang lagi nyari inspirasi. Sementara Rahmat sedang sibuk bikin logo PMR yang mengadopsi lambang Unhas. Jadilah gambar perisai kuning di bawah naungan ayam jantan.
"Tinggal cari filosofinya, Kak!"
Dan logo yang dia tawarkan langsung ditolak.
Lanjut ke gua yang masih diam. Ditemani Referensi dari tiga situs yang sudah diunduh Yasa sebelumnya. Gua masih diam. Gak tahu mau nulis apa. Kalau untuk urusan kayak gini, gua emang payah banget kalau diminta bikin pengantar atau mulainya. Dan akhirnya, secercah cahaya masuk ke kepala gua yang datang bukan dari lampu bohlam di atas kepala gua. Jari dan keyboard pun beradu. Tak-tak-tak-tak-tak!
Otak gua mikir keras, trus idenya langsung dilanjutin sama neuron buat diproses lalu disampaikan ke jari. Dan akhirnya, hanya dalam jangka beberapa detik saja, gua sudah bisa nulis judulnya. "FIVE STAR DOCTOR".
Si Yasa pamit pergi. Kemana lagi nih orang?!
"Ke rumah tante". Dan Honda Legenda pun melesat.
Ditemani setengah gelas Sprite yang terus ditambah biar tetap setengah, gua di ruang tamu tanpa ide. Diam. Panic at The Disco gak lagi nyanyi. Gak mau gangguin gua yang lagi mikir. Udah jam sepuluh lewat - masih belum selesai. Yasa cuman ninggalin catatan.gak.karuan.yang.lebih.jelek.dan.ancur.dibanding.tulisan.gua sama tiga referensi yang isinya beda-beda. Yang ditulis di sini - beda sama yang di sana.
Gua ingat lagi pesan Yasa
"Tyar, jangan disadur! Jangan dikutip! Pakai bahasa sendiri!"
Ah, pengen gua bunuh tuh anak tapi gak jadi.
Dan akhirnya setelah mengalami perjuangan yang berat, tulisan itupun hampir selesai, tinggal diedit sedikit sama si calon dokter yang makin menggendut ini.
"Gua balik yah?!"
"Tunggu! yang "profesional" sama "manager" belum selesai.
"Tanya sama Rena! (samaran)" Cewek yang sedari tadi dia temani SMS.an sementara gua di sampingnya ngerjain tugas.
"Tunggu dulu pade'! Selesaikan dulu!"
Yang "fungsi dokter sebagai manager" gua blank. Kalau soal "Dokter Profesional", Yasa minta gua ngetik yang dari buku yang diserahkan ke gua. Ada lebih dari lima atau enam poin. Kalau yang kayak gini otak gua langsung jalan.
"Dokter yang profesional sesuai dengan "Pedoman Kedokteran" terbitan "Konsil Kedokteran Indonesia"."
Hahaha ~
Diiringi obrolan ngaco soal banyak hal. Salah satunya
"Ayo jadi penyiar deh" Dia yang mulai.
Langsung aja gua jabanin
"Okeh, ketemu bareng gua Tyar dan Teman Gua..."
Yasa gak ngelanjutin.
"Tyar, terlalu cepat ngomong mu!" Komentar yang sudah berkali-kali gua dengar.
Kalau penyiar tuh gini
"Haloooo. Ke-te-mu lagi bareng saya Yasaaaa di acara Sepuluh Malam"
Cara ngomongnya persis penyiar Biru Malam. Acara Dewasa yang sering disiarkan tiap minggu malam.
Gak terasa bagi Yasa, tapi benar-benar terasa buat gua. Akhirnya tugasnya selesai juga.
"Nanti kalau ada tugasmu saya bantu juga!"
Dan gua pun melejit dengan sepatu yang tidak dikenakan sempurna. Meninggalkan Yasa bercumbu dengan printer yang susah berfungsinya.


Cerita Ini Hanya Fakta Belaka dengan Bahasa Fiktif. Soalnya Kejadiannya Gak Persis Kayak Gitu
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 19.18   2 Komentar
Buka/Tutup Komentar
2 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Daftar Isi
Teman Blogging
Kosmik Blogger
Arsip
Sponsor