Jujur saya sangat tidak menyangka kalau ternyata apa yang telah saya dan dia lakukan bersama bakalan seperti ini akhirnya. Sudah terlalu jauh yah kedekatan kami berdua sampai jadinya kayak gini?!
Setelah memikirkan baik-baik sambil berjongkok di lantai Baruga Unhas, akhirnya saya pun membalas
Saya: "Tapi gua lebih suka lu duduk di samping gua, cerita sama gua, nyandar di pundak gua, sebagai sahababat gua."
Dia: "Hha ~
gua sayang lu. Tetap kayak gini yah! Jangan berubah!"
Saya: "Iyah, kalau gua brubah lu boleh mukul gua ampe berdarah, ampe lu puas"
Temanku, Muthia Nuur Ilmi pernah bilang kayak gini "Laki-laki itu harus punya lingkaran putih di matanya, sebuah ketulusan saat dia mencintai seorang putri hawa. Ketulusan dalam memberi, dalam menerima."
Dan sampai hari ini, ketulusan itu belum ada di kornea mataku.Lingkaran putih itu belum terlukis. Itulah salah satu yang membuat saya, hingga kini belum pernah berpacaran. Selain karena nggak laku tentu saja.
Banyak hal yang bisa jadi motivasi seseorang untuk menjalin hubungan pribadi, atau baca saja: pacaran. Kalau kata teman saya, Nisha "Pacaran bisa bikin kita termotivasi untuk menjadi lebih baik". Saya sepakat dengan hal ini untuk beberapa hal. Alasan orang memang sangat beragam, mulai dari yang memang (maaf kalau sedikit alay) sayang, sampai (maaf kalau tidak senonoh) SKOPOPIL (kita persempit makna Skopopil di sini menjadi: nafsu belaka). Okeh, saya tidak akan mengomentari alasan-alasan itu. Itu adalah pilihan dari orang-orang yang menjalaninya. Ada enaknya dan tentu saja ada ndak enaknya. Kalau saya sih sampai sembilan belas tahun ini masih nyaman dengan status jomblo. Banyak yang nanya kenapa saya nggak pacaran. Dengan gaya becanda yang khas saya cuman jawab "Saya nyari isteri. Bukan pacar.". Dan yang nanya akan langsung muntah.
Tapi bukan berarti saya tidak pernah jatuh cinta. Terakhir saya jatuh cinta itu saat saya kelas dua SMA. Kurang lebih dua tahun yang lalu. Setelah itu saya ndak jatuh cinta lagi. Tapi lebih menekankan pada kata "Peduli dan membahagiakan". Adek saya si Naimah juga pernah nanya "Cewek yang gimana kah yang dimaui?!". Sekali lagi dengan nyantai "Banyak hal yang saya tuntut. Makanya saya susah jatuh cinta". Gimana nggak?! Kalau saya suka sama cewek, dan cewek itu punya sesuatu yang saya sangat tidak suka (termasuk berpakaian terbuka, cerewet minta ampun, dan gemar menggombal kata cinta dan sayang biarpun cuman bercanda, dekat sama semua cowok, dan sebagainya. Dan yang paling saya nggak suka, cewek yang bercanda kalau saya lagi serius), biasanya rasa suka itu akan jadi rasa yang biasa saja.
Biasanya memang seperti itu. Jika saya tidak menyukai sesuatu, sesuatu itu akan saya rubah, dan jika tidak bisa berubah, saya yang akan pergi tapi bukan meninggalkan.
Okeh, sedikit menjauh. Baca kembali bagian ini:
Saya: "Tapi kok tiba-tiba kayak gini?!"
Skip-skip-skip
Dia: "Karena gua yakin lu cowok baik :)"
Habis itu saya buang angin merenung, "Lingkaran putih, ketulusan, karena lu cowok baik". Kata-kata itu mutar-mutar dalam kepala. Kenapa bukan ngomong "ganteng, tajir, dan sebagainya"? Padahal biasanya itulah yang paling bisa membuat putri-putri hawa menyukai seorang anak adam.
Iyah, mungkin kita nggak musti ganteng, nggak musti tajir untuk membuat sang gadis jatuh hati. Kagum mungkin iya, tapi sehabis itu?! Bisa jamin dia akan terus berada di sekitar kita?! Mungkin saja tidak, Teman.
Mungkin kita cuman harus berusaha jadi cowok baik dan kita akan dapatkan seseorang yang terbaik. Semoga. Dan Salam dari semesta paling jauh!
saya baru baca ! saya hampir menangis