Superplankton on Blog!: Awal Tahun Tentang Kemarau dan Hujan
Salam Admin!
Ikuti Blog Ini !
Daripada cuman jadi pengagum rahasia. Update-an Blog akan dikirim Langsung ke Dashboardmu!
Lihat Profil Lengkap Ku
Tanyakan Apa Saja!
C-BOX (Baca: Ceboks)
Admin


Kamu pengunjung ke:
Awal Tahun Tentang Kemarau dan Hujan
Akhir tahun 2009 dan kita semua punya cerita masing-masing di dalamnya. Tentang cinta, kesepian, tentang mimpi, tentang rasi bintang, tentang setiap ceritanya. Dan hari ini tidak ada pilihan selain mengucap selamat tinggal, atau mungkin sekedar lambaian sampai jumpa meskipun sebenarnya kita dan 2009 tidak akan pernah bertemu kembali. Tergantung bagaimana menanggapinya. Ini adalah postingan saya yang pertama di 2010. Dan kali ini tentang kemarau, dan masih saja tentang Desember hari kemarin.

Ingat tidak waktu kemarin kemarau datang bersama angin kering dan kemarinnya lagi datang bersama langit tanpa setitik awan teduh dan ternyata bumi mengeluh?! Dan lagi bumi mengeluh tentang betapa ia merindukan awan hitam dan hujan. Dan besoknya ketika awan hitam datang mulai berarak dan hujan mulai menutupi bumi kemudian bernyanyi. Sebuah nyanyian tentang betapa ia merindukan kemarau.

Kemarau, bumi, dan hujan adalah satu contoh yang bias mewakilkan maksud saya. Seperti ini, pada saat musim kemarau kemarin, ia bawakan pada kita hembusan angin kering, juga suhu panas luar biasa yang selalu kita caci maki. Kemudian kita berharap pada saat itu juga Tuhan melukiskan awan hitam dan menurunkan hujan. Iya, kita selalu menyalahkan kemarau dan mengagungkan hujan. Sama seperti saat kita memiliki seseorang di dekat kita. Ada kalanya ia tidak memberikan kita sesuatu yang kita inginkan atau mungkin hanya membuat kita merasa tidak nyaman seperti kemarau yang membuat kita gerah. Pada saat itu juga mungkin kita akan terbayang sosok seseorang yang lain yang kita anggap lebih baik dari seseorang yang ada di samping kita sekarang.

Dan, gerah yang dibawakan kemarau membuat kita membencinya dan melupakan cerah yang sebenarnya ingin dia persembahkan. Kebencian pada kemarau membuat kita melupakan langit bersih yang dia berikan. Atau kebencian pada kemarau membuat kita lupa bahwa cahaya matahari yang datang bersama kemarau juga lah yang membuat jemuran kita kering dengan sempurna. Karena kebencian yang semakin membesar itulah yang membuat kita kadang lupa pada setiap kebaikan yang pernah dilakukannya. Dan solusi terbaik adalah mencari penggantinya.

Sama seperti ketika orang yang kita sayangi mungkin, ketika dia mulai tidak menunjukkan sikap yang tidak kita inginkan dan membuat kita gerah, yang muncul kemudian adalah kebencian dan keinginan untuk mencari seseorang yang kita anggap bisa manggantikannya. Dan ketika hujan datang besoknya bersama awan hitam, lama kemudian kita akan tersadar, kita merindukan kemarau. Kita merindukan langitnya yang begitu biru, malamnya yang penuh bintang hingga setiap rasinya tergambar dengan sempurna. Saat kita kehilangan kemarau, barulah kita akan merindukannya. Sama seperti saat kita kehilangan seseorang, barulah kita akan merindukannya. Sederhana.

Contoh kecil, saat orang yang kita sayangi ada di sebelah kita, tepat di samping atau di depan kita dan dia tidak sedang “sempurna”, tebak kita akan kemana. Memperlihatkan sikap seperti saat kita membenci kemarau. Merindukan orang lain yang belum tentu.. Kalian tahulah maksudku. Kita terlalu sibuk menampilkan hal-hal yang tidak dia inginkan dan dengan bahasa tubuh, kita berkata “Seharusnya kamu sadar! Saya ingin orang yang lebih baik”. Dan ketika “orang yang lebih baik” itu datang dan orang yang kita sayangi kemarin tidak lagi di sini, barulah kita akan sadar bahwa kita merindukan dia, dan menyayanginya.


Sama juga, ketika orang yang kita sayangi sedang ada di sana. Masih di samping kita. Kita sendiri sedang sibuk dengan hal lain yang lebih menyenangkan. Online misalkan. Facebook, friendster, twitter, plurk, atau apalah yang lebih menyenangkan. Paling menyenangkan memang jejaring sosial, teman-teman maya yang entah kenapa kita menyimpulkan “lebih baik” dan lebih menyenangkan daripada orang nyata yang kita punya sekarang. Atau sibuk sms-an dan telpon-telponan dengan orang yang jauh di sana.

Nanti pieh, Ooppss..
Kelepasan.
Nanti ketika orang tersebut pergi dan tidak ada, baru kemudian kita sadari kita salah dan mungkin terlalu egois. Seperti saat kita merindukan kemarau.

Curhat sedikit, Teman. Saya baru sadar bahwa saya merindukan teman-teman saya, ICONIC salah satunya. Saya merindukan mereka setelah saya putuskan untuk meninggalkan mereka. Saya merindukan teman-teman yang kadang tidak bisa menjadi yang saya inginkan setelah saya kehilangan mereka. Saya baru sadar saya menyayangi seseorang saat, kau tahulah. Dia tidak ada di sini. Karena kemarin saya terlalu sibuk mendambakan hujan.

Ref: Hujan, Kemarau, teman-teman, dan orang-orang yang saya sayangi.
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 18.28   4 Komentar
Buka/Tutup Komentar
4 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Daftar Isi
Teman Blogging
Kosmik Blogger
Arsip
Sponsor