| Salam Admin! |
|
| Tanyakan Apa Saja! |
|
|
C-BOX (Baca: Ceboks) |
|
|
| Admin |

Kamu pengunjung ke:
 | |
|
|
| Yasa, Gua, dan Five Star Doctor |
Kamis, 27 Agustus 2009. 15 menit setelah gua buka puasa di kampus. Di warung mace, warung di belakang Fakultas Ekonomi. Bukan di kolong. Satu hal yang selalu jadi pertanyaan gua, kenapa hampir semua kantin yang dipunyai sama ibu-ibu selalu disebut "mace"?! Contohnya kayak gini. Gua lagi di Fakultas, trus ada yang ngajakin makan "Tyar, makan yuk?!" Trus Gua tanggapi "Di mana?!" "MACE". Dan yang dimaksud adalah kantin di kolong perbatasan Ekonomi - Sastra. Pas Gua jalan lagi di Fakultas SosPol, ada lagi yang ngajakin "Tyar, buka di sini aja yah?! Di MACE. Belakang situ" MACE yang dimaksud beda lagi. Pas gua cerita ama teman-teman gua, ternyata kantin tempat makannya juga disebut MACE. Tapi bukan MACE yang mau gua omongin. Langsung Saja Kita Ke TKP ! Habis menikmati pisang ijo yang harganya 3ribu di kampus, gua langsung mengarahkan Shogun 125 RR ke rumah Mas Yasa. Sekalian balikin leptopnya Rahmat yang gua pinjem tapi gak gua apa-apain. Lupa minta passwordnya. Mungkin karena udah hapal aura kedatangan gua, Yasa langsung ngintip dari balik tirai nyuruh gua masuk padahal gua belum bikin ribut depan rumahnya. Baru aja gua masuk langsung ditawari es buah di atas mejanya. Akhirnya gak makan es jelly secangkir-dibagi-dua-yang-jadi-nya-setengah-cangkir kayak dulu. Belum ludes es buahnya gua kunyah, Yasa udah main ke dapur aja nge-goreng nugget sama ayam yang sudah diapakan sedemikian rupa. Ada apa dengan anak ini?! Gak biasanya. Dan gak beberapa Rahmat udah datang dengan setelan baju koko. Pasti habis dari mana anak ini?! Merasa gak cukup, gua minta bikin Indomie Coto Makassar yang rasanya kayak rendang buat teman makan. Soalnya kagak ada kuahnya rasanya kurang mantap. Semuanya sudah siap, langsung aja gua telan tanpa ampun. Habis makan, gua langsung meraih laptop Compactnya Yasa yang sudah tergeletak pasrah di atas meja. Minta dijabanin ama gua. Tanpa mikir panjang pun langsung gua pencet semua tombol yang bisa gua pencet (okeh, gua berlebihan). Sebelum makan memang gua udah diminta ama Yasa buat bantuin bikin tugas dari dosennya yang siswateladandariSDsampaiMahawasiswa. Nulis soal "Five Star Doctor". Sebenarnya gua ogah. Apayang gua tahu soal dunia kedokteran. Okeh, waktu SMA memang gua anggota organisasi kemanusiaan. Tapi tetap saja masih jauh dari dunia kedokteran. Kalau gua ingat-ingat, terakhir gua belajar soal kedokteran mungkin waktu gua masih SD kelas empat atau lima, gua sempat ikutan pelatihan dokter kecil bareng teman-teman gua. Tapi itu udah lama banget, dan sekali lagi - jauh dari dunia Five Star Doctor - Istilah baru buat gua yang udah empat bulan belajar teori makroekonomi. Kalau tadi gua gak disogok, mungkin gua udah bilang "Enak aja Loe minta dibikinin! Loe kira bikin itu gampang?!". Dan mengingat jasa-jasanya yang telah lalu, akhirnya saya pun mengiyakan untuk membantu beliau. Biar dia tenang di sana. Leptop gua pindahin ke ruang tamu. Pintu dibuka lebar-lebar lalu ditutup lagi sama Yasa "Woi! Buka! Panas!" "Kau mau nyamuk masuk semua?!" Gua diem. Menatap dalam-dalam ke layar. Gak tahu mau nulis apa. Gua nyoba nangkep satu arti di balik layar leptop ini. Walah! Klik kanan > Eksplore > Film (D) > New Song (lagunya disimpan di folder film. Aneh kan?!) > Lagu Barat Baru > Klik dua kali. Panic at The Disco pun bernyanyi nemenin gua yang lagi nyari inspirasi. Sementara Rahmat sedang sibuk bikin logo PMR yang mengadopsi lambang Unhas. Jadilah gambar perisai kuning di bawah naungan ayam jantan. "Tinggal cari filosofinya, Kak!" Dan logo yang dia tawarkan langsung ditolak. Lanjut ke gua yang masih diam. Ditemani Referensi dari tiga situs yang sudah diunduh Yasa sebelumnya. Gua masih diam. Gak tahu mau nulis apa. Kalau untuk urusan kayak gini, gua emang payah banget kalau diminta bikin pengantar atau mulainya. Dan akhirnya, secercah cahaya masuk ke kepala gua yang datang bukan dari lampu bohlam di atas kepala gua. Jari dan keyboard pun beradu. Tak-tak-tak-tak-tak! Otak gua mikir keras, trus idenya langsung dilanjutin sama neuron buat diproses lalu disampaikan ke jari. Dan akhirnya, hanya dalam jangka beberapa detik saja, gua sudah bisa nulis judulnya. "FIVE STAR DOCTOR". Si Yasa pamit pergi. Kemana lagi nih orang?! "Ke rumah tante". Dan Honda Legenda pun melesat. Ditemani setengah gelas Sprite yang terus ditambah biar tetap setengah, gua di ruang tamu tanpa ide. Diam. Panic at The Disco gak lagi nyanyi. Gak mau gangguin gua yang lagi mikir. Udah jam sepuluh lewat - masih belum selesai. Yasa cuman ninggalin catatan.gak.karuan.yang.lebih.jelek.dan.ancur.dibanding.tulisan.gua sama tiga referensi yang isinya beda-beda. Yang ditulis di sini - beda sama yang di sana. Gua ingat lagi pesan Yasa "Tyar, jangan disadur! Jangan dikutip! Pakai bahasa sendiri!" Ah, pengen gua bunuh tuh anak tapi gak jadi. Dan akhirnya setelah mengalami perjuangan yang berat, tulisan itupun hampir selesai, tinggal diedit sedikit sama si calon dokter yang makin menggendut ini. "Gua balik yah?!" "Tunggu! yang "profesional" sama "manager" belum selesai. "Tanya sama Rena! (samaran)" Cewek yang sedari tadi dia temani SMS.an sementara gua di sampingnya ngerjain tugas. "Tunggu dulu pade'! Selesaikan dulu!" Yang "fungsi dokter sebagai manager" gua blank. Kalau soal "Dokter Profesional", Yasa minta gua ngetik yang dari buku yang diserahkan ke gua. Ada lebih dari lima atau enam poin. Kalau yang kayak gini otak gua langsung jalan. "Dokter yang profesional sesuai dengan "Pedoman Kedokteran" terbitan "Konsil Kedokteran Indonesia"." Hahaha ~ Diiringi obrolan ngaco soal banyak hal. Salah satunya "Ayo jadi penyiar deh" Dia yang mulai. Langsung aja gua jabanin "Okeh, ketemu bareng gua Tyar dan Teman Gua..." Yasa gak ngelanjutin. "Tyar, terlalu cepat ngomong mu!" Komentar yang sudah berkali-kali gua dengar. Kalau penyiar tuh gini "Haloooo. Ke-te-mu lagi bareng saya Yasaaaa di acara Sepuluh Malam" Cara ngomongnya persis penyiar Biru Malam. Acara Dewasa yang sering disiarkan tiap minggu malam. Gak terasa bagi Yasa, tapi benar-benar terasa buat gua. Akhirnya tugasnya selesai juga. "Nanti kalau ada tugasmu saya bantu juga!" Dan gua pun melejit dengan sepatu yang tidak dikenakan sempurna. Meninggalkan Yasa bercumbu dengan printer yang susah berfungsinya.
Cerita Ini Hanya Fakta Belaka dengan Bahasa Fiktif. Soalnya Kejadiannya Gak Persis Kayak Gitu
|
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 19.18
2 Komentar
Buka/Tutup Komentar
 |
|
|
|
| Dua Malaikat di Kuburan Panaikang |
Senin, 5 Januari 2009 "Adek, Dimana mekoohh??" "Di jalan mie, Kak. Tunggu mie" "Cepat ko nahh!!! Ada meka' di kuburan Panaikang" Itulah potongan percakapan ku dengan Dhila lewat handphone. Hari ini, Aku, Bang Wandy, Thyka, dan Dhila ditugaskan melakukan pengecekan lokasi di Kuburan Panaikang selaku tempat diadakan Jurit dalam rangkaian DikLatSar 26. Kuparkirkan motor Bang Sam yang kupakai ke sini di belakang motor Bang Wandy sambil menunggu kedatangan Thyka dan Dhila. Sembari menunggu, kuperhatikan segala euforia di bawah langit Panaikang. Pemakaman Umum Panaikang. Terlepas dari kenyataan bahwa tempat ini adalah pemakaman, tempat ini tidak jauh berbeda dengan tempat-tempat lain yang pernah kudatangi. Anak-anak kecil bermain sepak bola dengan riang, berlarian ke sana kemari, main kelereng, yang membedakan hanya sebuah gubuk tempat seorang ibu berjualan kembang. Hanya itu. Sepuluh menit berlalu, akhirnya Thyka dan Dhila datang menghampiri kami. Pengecekan pun dimulai. "Bruuummm" Dan motor kami meluncur pelan menyusuri jalan di tengah-tengah nisan dan pepohonan. Kami berhenti ujung jalan yang bisa dilalui kendaraan. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil dari belakang "Kak, kujaga motor ta' nahh??" Aku tersenyum padanya Lalu terdengar lagi suara lain "Kak, kujaga motor ta' nahh??" Aku kaget bercampur heran, yang baru saja mengucapkan itu adalah seorang wanita seumuran atau bahkan lebih tua dari ibuku. Ia tersenyum penuh harap. Kuperhatikan penampilannya. Daster bermotif kembang. Ia berjalan agak bungkuk. Tetap tersenyum. Semula tak terlalu kuperhatikan. Dan pengecekan dilanjutkan.
Pengecekan selesai.
Kami berempat kembali ke motor, anak kecil dan wanita tadi masih setia menunggu kami. Kusodorkan selembar uang ribuan pada si anak, dan selembar lagi pada si wanita tua. Mereka berdua tersenyum. Si anak meloncat-loncat kecil, dan si wanita... Ia tersenyum sangat gembira. Terlihat lebih gembira dari si anak. Seolah mendapatkan hadiah jutaan rupiah, padahal hanya seribu rupiah. Ia tersenyum pada kami berempat. Dan senyumnya kali ini sangat-sangat manis. Kami berempat berpandangan. Heran dengan ekspresi yang sama: Heran, kasihan, dan terharu. Kucoba menyembunyikan mataku yang telah berkaca-kaca. Lalu beranjak pulang. Seolah menunggu kami pulang, si wanita tua berhenti di pinggir jalan lalu sekali lagi melempar senyum pada kami. Kubalas juga dengan sebuah senyuman. Aku sadar, senyuman dari kami mungkin lebih berharga baginya dari uang yang kami berikan.
Bang Wandy: "Padahal dua ribu jiee..." Thyka: "Senangnya lohh!!!" Dhila: "...."
|
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 06.34
0 Komentar
Buka/Tutup Komentar
 |
|
|
|
| Kuliah dan Nilai Rapot dan Status Baru |
Besok adalah tahun kedua Gw di Kampus. Mungkin mulai besok semuanya bakalan berubah. Kalo dulu jalan dikoridor kampus selalu menunduk malu, kayaknya besok masih deh.
Hhe ~
Maklum lah, sudah kebiasaan. Okeh, balik lagi soal kampus Gw. Gw kuliah di Universitas Hasanuddin, Fakultas Ekonomi. Akhirnya setelah menunggu berbulan-bulan, akhirnya besok udah mulai belajar lagi. Dan itu maksudnya selama liburan Gw jarang banget sentuh buku.
Ada banyak hal yang bakalan berubah tahun ini. Termasuk status Gw di kampus. Mulai besok Gw udah jadi senior. Iyah, Senior paling muda mungkin. Hal yang udah Gw tunggu sejak masuk ke sini. Ada banyak hal yang gak bisa Gw terima, pengen Gw rubah, tapi kayaknya bakalan susah. Masalahnya Gw di kampus termasuk minor dan jarang dipandang. Semuanya karena Gw mutusin untuk gak terlalu aktif. Okeh, yang mau GW omongin bukan itu. Kali ini Gw cuman mau cerita tentang akademik Gw. Semester satu Gw bisa dibilang gak terlalu bagus. Kita mulai satu persatu Deh.
- Pengantar Akuntansi : Hari pertama kuliah langsung dapat tugas yang bejibun. Kontan Gw kaget dong. Udah gitu dosennya disiplin banget. Terlambat udah gak boleh masuk. Kecuali kalo Lu gak tau malu, dan pastinya bakalan diusir. Udah gitu, kuliahnya jauh banget Kampus Kandea' di Baraya dan Rumah Gw di BTP. Musti naik pesawat kalo mau tepat waktu (Okeh, Gw Bo'ong) yang paling Gw sesalin adalah, waktu SMA dulu Gw gak terlalu serius kalau Pak Alwi ngajarin soal Akuntansi. Akhirnya Gw susah payah banget belajarnya. Tapi Syukurlah Gw punya teman kayak Nurani ama Tharie yang senantiasa bantuin minjamin buku atau ngerjain tugas. Satu hal lagi, Thari itu Anak Psikoligi UNM. Tapi selalu siap buat bantuin Gw. Buku tugas Akuntansi SMAdia pun dipinjamin ke Gw. Dan yang paling parah, GW minta diajarin waktu mau final. Di pengantar akuntansi, Gw pernah bolos tiga kali. Bukan karena telat atau gak mau masuk. Sebelum jam masuk Gw udah di dalam kelas, pas udah jam masuk, Gw jalan aja nyantai ke luar. Teman Gw cuman nanya heran "Tyar, mau kmana?!". Dan jawaban Gw simpel tapi menjawab "Ke luar. Gak ngerjain tugas". Dan dia langsung ngerti. Mid Tes nilai Gw cukup tinggi. Pas Final parah banget. Tugas Gw totalnya cuman 8,75-an. Sedangkan temen-temen yang lain dapatnya 11 ato 12. Tes Final Gw duduk paling depan menghadap tembok. Gw ngerjain tesnya sendiri. Selain susah nyontek, Gw emang gak terlalu kenal sama teman sekelas Gw. Maklum, Gw gak terlalu suka bergaul sama mereka. Nilai udah keluar, Gw takut musti ngulang tahun depan. Kalau dapat C udah syukur banget, tapi betapa kagetnya, Nim A11108282 Gw berdampingan dengan nilai B. Tersenyum sangat puas sekali
- Pengantar Ekonomi : Dapat Profesor. Bukunya bahasa Inggris. Bikin GW gila. Tapi selalu semangat kalau ada kuis. Kuisnya ada daftar istilah, yang kita diminta cari itu di buku, dan kita artikan secara lisan. Gak terlalu sulit sih. Pas nilai kuis dirasa sudah cukup, Gw gak angkat tangan lagi. Kasih kesempatan saja buat yang lain. Hasilakhirnya Dapat nilai B. Puas
- Pengantar Bisnis : Favorit Gw. Gakusah diceritain. Pokoknya Gw suka banget sama mata kuliah ini. Hasilnya dapat A.
- Pengantar Manajemen : Favorit Gw juga. Hasilnya A
- MKU gak usah Gw ceritain. Kepanjangan. Tapi khusus buat Matematika, Gw bakal ceritain
- Matematika : I'm S*cks. Parah banget Gw. Mid Test Gw gak diterima. Final cuman ngisi apa adanya. Hasilnya dapat C. Dan gak bisa diulang buat dapat nilai B atau mungkin A. Soalnya IP Gw di atas 3, yang bikin Gw pusing karena ada satu nilai C, Gw gak bisa ngambil semua mata kuliah semester 2. Akhirnya Gw ngorbanin Bahasa Inggris. Tahun depan aja.
IP Semester Satu : 3,1
IP Semester Dua : 3,57. Dan Gw puas banget, koleksi 4 nilai A dan Tiga Nilai B.Tapi parahnya justru mata kuliah jurusan Gw yang dapat B. Makroekonomi, Mikroekonomi, dan Matematika Ekonomi. Sisanya yang kayak PAI, KN, Pengantar Sosiologi, dan satunya lagi yang Gw lupa (parah kan?) bisa dapat A.
Dan semester ini Gw boleh belanja 24 SKS. Semester ini Gw ada tujuh mata kuliah dan 1 Ekstrakurikuler. Target tetap ada, Minimal 5 Nilai A, dan sisanya boleh A. Hahahaha ~
Doain aja bisa. Tapi Gw yakin Gw bisa.
Makasih udah baca.
|
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 06.15
2 Komentar
Buka/Tutup Komentar
 |
|
|
|
| Spentipool ke Smunel |
Juli 2005. Juli selalu saja jadi bulan Favorit saya. Tahun ini saya meninggalkan SMP Negeri 30 Makassar. SMP yang mungkin tidak terlalu tenar di kalangan kawan-kawan semua. Katanya sih di daerah pedalaman. Tapi apa pun kata orang-orang, saya bangga pernah bersekolah di sana. Ditambah lagi, hampir lebih dari 20 anak yang berasal dari sana diterima di SMA yang kemudian menjadi sekolahku, salah satu sekolah menengah unggulan di kota ini - SMAN 5 Makassar. Padahal saya tidak terlalu berharap diterima di sini, dan pada malam sebelum tes pun saya hanya berjalan-jalan mengunjungi teman yang bernama Andi Wahyuddin untuk sekedar mengisi waktu. Padahal besoknya kami berdua sudah harus ikut tes. Persiapan ikut tes? Jangan ditanya! Hampir tidak pernah saya belajar untuk mengikuti tes itu. Sewaktu pendaftaran pun saya hanya ikut-ikutan sama teman yang lain. Sehari sebelum tes, saya dan seorang sahabat ke calon sekolah ini untuk cek ruangan. Ternyata saya dan kawan-kawan yang lain ditempatkan pada kelas yang sama. Kelas yang setahun kemudian saya tempati - gedung XI IPS 1. Pagi hari, tes sebentar lagi dimulai, saya dan kawan-kawan yang lain duduk sebaris, dan sangat beruntung, saya duduk di depan. SIAL! Saya pun akhirnya frustasi. Lembaran tes dibagi, dan karena "spesial", di sini ada soal IPA-nya. Tidak seperti sekolah-sekolah yang lain. Dialog dengan soal pun dilakukan. Bahasa Inggris - Saya sudah diajari dengan sangat baik - Lancar. Bahasa Indonesia - Syukurlah Bu Munirah dan Pak Syamsu Alam adalah guru yang hebat, meskipun kata beberapa orang, Bu Munirah itu MENYERAMKAN dan SEKKE'. Tapi bagi saya, Bu Munirah sungguh saya sukai. Nilai saya suka tinggi soalnya. 9-lah. Matematika - Musuh besar saya! Blank luar biasa. Cuman bisa ngerjain sedikit. Syukurlah ada Sang Jaya yang kasih contekan - Sedikit lancar meskipun saya tahu Jaya juga tidak terlalu pintar di Matematika. Standarlah. Alhasil, kurang lancar. Biologi - Teman baik saya. Pak Lahasse', Bu Sehaliana, dan Bu Rosmini adalah guru yang hebat. Soal tentang hormon dan lain-lain pun dilahap. Fisika - Mantan teman baik saya. Semenjak tidak diajari oleh Bu Aisyah, saya dan Fisika sudah tidak bersahabat lagi. Walaupun saya dulu sangat menyenangi Fisika, semuanya sudah berubah sekarang. Soal kenapa saya dan Fisika bisa tidak bersahabat mungkin akan saya kuceritakan lain kali - Tapi kali ini, cukup Lancar.
Hari Pengumuman, saya dan ayah keluar untuk beli koran. Saya tidak terlalu antusias. Bahkan telah mengantongi uang untuk beli formulir di SMAN 21 Makassar. SMA yang sebenarnya saya minati. Koran sudah di tangan, buka bagian pengumuman tes SMA. Ayah mengamati nomer tes satu persatu. Saya hanya menunggu di sampingnya. Sesaat kemudian, ayah menghadap ke arah saya dan dengan senyuman khasnya, yang ku tahu menyembunyikan kekecewaan ia berkata "Tidak ada nomer mu, Nak.". Saya yang di sampingnya hanya tersenyum dan membatin "Sudah saya duga sejak awal. Saya juga tidak berharap diterima di sana." Tapi hal itu hanya tertinggal di tenggorokan dan tidak sampai diungkap. "Coba pinjam korannya, ku cari nomer-nomernya teman ku. Siapa tahu saja ada yang lulus." Kutelusuri satu persatu mulai dari awal. Di deretan ke sembilan saya merasa sedikit aneh, saya sepertinya mengenali nomer ini. Kuperhatikan baik-baik. Kecewa bercampur semuanya. "Nomerku". "Ini nomerku" Kataku pada ayah. Pelan. "Ah, Mana?!" Tanya ayah tak percaya. "Ini!" "Iyah, ini nomermu. Tadi tidak kulihat baik-baik. Barisan awal memang tidak saya perhatikan" Hanya itu tanggapannya.
Penelusuran kulanjutkan, dan saya kemudian tersenyum mendapati nomer yang juga ku kenal "Ini nomernya Andi Wahyuddin"
|
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 05.37
0 Komentar
Buka/Tutup Komentar
 |
|
|
|
| Percakapan Tentang Wanita |
Sore di sebuah gedung sekolah yang dulu menemaniku mengarungi lautan ilmu pengetahuan. Aku terduduk membiarkan musik ditelingaku membawaku jauh dari tubuhku. Hilang pergi entah kemana. Ikut pada kekuatan syair-syair yang dibawakan harmonis dengan suara -suara di belakangnya. Alah. pengantarnya berlebihan! Singkatnya, saya sedang mengkhayal lalu datanglah Rahmat, seorang kawan yang juga pernah bersekolah di sini. Setahun lebih muda. Tanpa basa-basi, kuawali obrolan kali itu. "Akhir-akhir ini kekagumanku pada Intan sepertinya tidak sebesar dulu lagi". (Tidak usah kau tahu Intan itu siapa. Kau itu selalu saja mau tahu. Jelasnya, Intan itu adalah orang yang sama-sama kami kagumi.Hanya sebatas kagum saja, tidak lebih. Cukuplah untuk dipertengkarkan jika tak ada topik) Rahmat hanya menimpali santai "Kenapa, Kak?" "Entahlah. Ada sesuatu yang hilang." Jawabku serius "Apa itu?! Berubah kah dia?!" "Sepertinya, tidak seperti dulu lagi. Inner Beauty-nya sepertinya sudah tidak terpancar lagi." "Kenapa yah?! Karena makin ceplas - ceplos yah dia belakangan ini?!" Ia mulai terbawa dengan topik. Ternyata ia juga memperhatikan Intan selama ini. "Mungkin." Belakangan ini dia memang makin ceplas - ceplos. Itu yang ada dalam pikiranku "Sebenarnya bagus sih, Kak kalo orang ceplas - ceplos" Ia menimpali. "Bagus apanya?!" "Itu berarti dia jujur dan apa adanya!" "Iya juga sih. Jujur yah?!" gumamku "Nah, kalau yang pendiam kadang-kadang menyimpan sesuatu. Tapi ..." "Tapi apa, Mat?!" Tanggapku penasaran dengan argumennya yang cukup masuk akal. "Kalau cewek yang ceplas - ceplos atau cerewet ndak enak diliatnya! Biarpun mereka keliatannya jujur dan apa adanya, tetap saja ndak enak diliatnya" Jawabnya sambil tersenyum. "Hahaha" Aku tertawa lepas "Iya juga!" "Tapi itu tandanya dia jujur, Kak! Yang keluar dari bibirnya itu sebuah kejujuran dan apa adanya. Kecuali ke-ceplas.ceplosannya sudah dia siapkan sejak kemarin-kemarin. Sama saja bohong!" Kami berdua tertawa lepas sekali.
|
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 21.48
0 Komentar
Buka/Tutup Komentar
 |
|
|
|
| Indonesia Melulu |
Matahari tinggi menyelimuti negeriku Indonesia. Menelusuri jalan-jalan sempit di tengah-tengah kota. Berjejal di antara bau keringat dan aroma asing pasar tradisional. Teriakan pedagang asongan seolah sudah menjadi irama yang harus ada. Seperti mendapati seluruh penduduk dunia berkumpul di sini. Saking ramai dan bisingnya. Langkah-langkah kecil matahari berhenti di salah satu sudut kios kaset bajakan. Memilih-milih CD bajakan untuk koleksi barunya. Maklum, Matahari adalah salah satu dari sekian banyak penikmat musik negeri ini. Jemarinya lincah menari di antara kepingan CD dan Kaset yang sudah disusun rapi. Sesekali di pandanginya judul-judul yang tertulis di sampulnya. Cinta Dalam Hati, Bila Nanti Kau Milikku, Suara, Cari Jodoh. Tak peduli, dipilih-pilihnya lagi CD yang lain hingga di dapatinya sebuah Cover CD bergambar anak-anak band "Sejati". Baju rocker "sejati", dandanan ala Rockstar "sejati", gaya khas band "Sejati". Diambilnya kepingan CD musik itu lalu disetel lewat VCD Player yang juga merk bajakan. Musiknya Rock "Sejati", petikan gitar rock "sejati", dentuman drum rock "sejati", betotan bass "sejati", dengan lirik "Cinta Sejati". Sungguh bingung Matahari dibuatnya. Dicobanya lagi yang lain. Semua genre, Pop, Dangdut, Rock, Alternative mulai dari Band Lawas hingga "New Arrival" semuanya seragam. Masih saja cinta. Hanya sekian kecil yang mengusung tema sosial, persahabatan, mimpi, dan sebagainya. Didapatinya melulu yang pertama : Cinta Mululu. Niat beli CD musik bajakan pun dikurungnya dalam-dalam. Langkahnya kemudian dilanjutkan tak jelas kemana. Hingga kemudian Matahari sampai ke sebuah Pusat Perbelanjaan besar. Di sebuah Bioskop berlogokan angka. Matahari segera mengantri di belakang anak - anak muda bergaya modis mulai dari kepala sampai kaki. Matahari pun memilih - milih film yang mungkin ingin ditontonnya. Kebetulan semuanya Film Indonesia.Hantu Rumah Ampera, Dikejar Setan, Tetesan Darah Perawan. Didapatinya lagi melulu yang kedua: Horor Melulu. Sebulan kemudian semuanya sedikit berubah jadi Melulu yang ketiga: Drama Melulu. Capek berkeliling, Matahari kembali ke rumah dan langsung beristirahat di kamarnya yang nyaman sambil menonton Televisi 14' yang berada di dekat pintu kamarnya. Ganti-ganti Channel cari yang bagus. Hingga didapatinya Melulu yang keempat: Tangga Lagu Musik Melulu. Bosan menonton Tayangan Melulu, Matahari tertidur. Saat terbangun didapatinya Televisi yang masih menyala. Ada dua orang yang sedang berpegangan tangan lalu berpelukan di Channel Satu. Diraihnya remote. Jengkel. Lalu ada satu orang yang sedang menangis tersedu di Channel Dua. Di Channel Tiga ada Orangtua berwajah seram berdialog dengan dirinya sendiri. Di channel yang hanya bisa diaksesnya sendiri didapatinya Melulu kelima: Sinetron Melulu. Tapi terpaksa juga ditontonnya hingga usai. Sambil tetap merasa jenuh. Diraihnya koran di ruang tamu. Matanya terpana melihat sosok gadis berkulit putih, berambut hitam, dengan senyuman terukir di wajahnya tapi dengan Headline yang agak miris. Ceritanya sedikit traumatis. Kontras dengan wajah gadis muda yang tersenyum tadi. Disimpulkannya Melulu Keenamnya yang didapati hari Ini: Manohara Melulu.
|
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 21.46
0 Komentar
Buka/Tutup Komentar
 |
|
|
|
| Ini Tentang LKMO 8 |
Kisah di balik LKMO 8. Hari ketiga, 21 Juni 2009. "Sidang saya skorsing hingga pukul 15.30" *tok - tok* Dialog salah seorang rekan SC, Bhaim menunda jalannya kegiatan di ruang materi untuk memberi kesempatan pada peserta menunaikan ibadah shalat Ashar. Peserta pun berhamburan. Tinggal kami, para Steering Committee yang ada di ruang kelasku sewaktu masih kelas 3 itu. "Datang mie pematerinya ?" tanyaku "Belum pie, Kak" jawab Yusron agak santai. "Sudah dihubungi kah ?" tanya ku lagi "Kemarin datang jie toh ?!" "Iya, Kak. Sudah mie. Tapi ndak diangkat. Ndak tau kenapa?!" "Trus siapa yang bisa gantikan kih?!" "Ada Kak Sheri, bisa jie kayaknya" Perasaan ku agak tenang "Kak Sheri sudah tau ?!" tanya ku memastikan Orang yang dibicarakan pun datang dengan stelan hitam-hitam "Kak Sher, bisa bawa Manajemen Kepanitiaan? Ndak datang ki pematerinya" Kak Sheri diam sebentar "Saya ngambil Proposal Project, Dek. Kalian mie saja yang ambil alih" Jawaban di luar dugaan Para peserta pun sudah mulai berdatangan, sedangkan pemateri yang dihubungi belum lagi muncul. Suasana sedikit tegang. "Gini saja, kita mo yang ambil alih pae'." Kak Ais coba menenangkan "Peserta jangan disuruh masuk dulu, Dek!" pinta ku pada panitia yang ada di ruangan Tim Steering saling memandang. "Coba tampilkan dulu TIK - TIU - nya!" usul salah seorang dari kami Rahmat dengan sangat operatif menampilkan catatan rahasia Steering Committee. "Tujuannya gini-gini-gini" Kak Ais menjelaskan dengan cepat namun jelas "Kita bagi mie!" "Siapa yang bisa ambil definisi, tujuan, sama fungsi kepanitiaan?!" Tidak ada yang merespon "Saya bisa ambil analisis SWOT, Kak !" Aku menawarkan diri "Okeh, trus siapa yang ngambil metode POAC ?!" Kelik yang sedari tadi berdiri tenang di sampingku turut menawarkan diri. Meski di luar dugaan dan dengan persiapan yang seadanya (baca: tidak ada). Hanya mengandalkan pengalaman dan ingatan. Bagusnya, saya dan Kelik memiliki ingatan yang cukup kuat. Soal pengalaman, aku jelas kalah jauh darinya. Apalagi dibandingkan dengan sang Pemateri yang sudah disiapkan sebelumnya. Jelas kami kalah sangat jauh. Saya dan Kelik akhirnya saling meyakinkan diri masing-masing untuk terlibat dalam masalh ini. "Ada slide materinya, Kak ?!" "Ndak ada. Jangan mie. Sudah ndak sempat. Panggil peserta sekarang !" Jam di Nokia 6030 ku sudah menunjukkan pukul 16.07. Berarti tinggal kurang dari lima puluh menit waktu yang kita punya. "Okeh, saya punya dua puluh menit untuk SWOT, selanjutnya akan saya serahkan pada Kelik. Biar dia punya waktu lebih. Materinya sedikit lebih rumit." aku membatin Kami bertiga, Saya, Kelik, dan Bhaim bersiap di posisi masing-masing. Skorsing sidang dicabut, sudah terlambat untuk mundur. Kuraih microphone lalu berdiri. Selanjutnya dapat kau bayangkan sendiri. Bagian tersulitnya adalah, memegang tanggungjawab sebagai pemateri untuk menyampaikan ilmu kepada peserta dengan persiapan seadanya, dan tentunya memikirkan agar peserta antusias, dan tidak merasa bosan. Kuakhiri SWOT dengan "Ada pertanyaan?!" Diam Gawat ! Jangan-jangan peserta sama sekali tidak mengerti dengan apa yang saya bawakan. "Apakah saya sudah menjelaskan dengan cukup jelas?!" "IYA !!!" jawab mereka serempak dengan semangat. Aku sedikit lega. Selanjutnya kuserahkan mic pada Kelik untuk melanjutkan. Angket respon peserta pun dibagikan, lalu dikumpulkan kembali. Saya dan Kelik saling membandingkan hasil respon. Rata-rata dari mereka merespon Penguasaan Materi : Sangat Baik Pembawaan Materi : Sangat Baik Penampilan : Sangat Baik Komunikasi dengan Peserta : Baik Penggunaan alat bantu: Kurang - Cukup Saya dan Kelik hanya tersenyum. Melalui note ini, saya ingin mengucapkan terima kasih atas profesionalisme para rekan-rekan SC, Bhaim selaku pimpinan sidang dan moderator, dan Kelik yang telah menemani saya. Maaf juga untuk Ilha dan Rahmat yang sudah menjadi korban saya. "SLAMAT PAGI !"
|
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 21.44
0 Komentar
Buka/Tutup Komentar
 |
|
|
|
| Cerita Putih Abu - Abu . Punya Siapa Ini ?! |
5 Januari 2006. Hari terakhir rangkaian Diklatsar In-door PMR Wismu 05-205 Makassar angkatan XXIII. Sedang bersiap-siap untuk menghadapi hari terakhir: Konflik yang semalam belum diselesaikan, belum pasti semua lulus atau tidak, dan.. perebutan lambang yang berarti juga hak dan kewajiban sebagai anggota PMI. Di kamar cowok, kami Adityar (well also known as Andis Ichsan Mahmud on Facebook/Me), Kelik Ismi (Well Also known as Asai Aryasah on Facebook), Muhammad Fithrah, Andi Abdul Rahman, Deddy Alif Utama (yang sempat kami pertimbangkan untuk jadi ketua umum di kepengurusan kami nantinya), Setia Negara B.T (yang tidak pernah kami pertimbangkan untuk jadi ketua umum), Andi Akram, Abdul Rahman (Aman/Abdul), Yoel, dan Rahmatullah (sang peserta tertidur) sedang merapikan segala sesuatunya: jemuran yang sebenarnya tidak pernah dicuci, sarung apek yang bergelantungan, handuk yang telah dipakai bergantian, jaket yang dikenakan tiap pagi untuk olahraga dan tak pernah dibersihkan, pakaian basah bau bukan buatan, serta tali jemuran yang tak sanggup menopang jemuran kami. Sungguh bagai pengungsian korban bencana alam. Saat sedang asyik merapikan kamar, masuklah Bang Jack (Tri Jaka Perkasa) ke dalam kamar yang belum sempat kami bersihkan seluruhnya. "Mungkin untuk menyelesaikan konflik semalam" itulah yang ada di dalam pikiran kami. Pertama hanya Bang Jack saja yang memasuki ruangan, lalu diikuti oleh beberapa alumni lain, dan semua peserta cewek. "Apa-apaan ini? Kenapa peserta cewek dibawa ke sini?! Bukankah ada peraturan yang melarang hal itu?! Tapi biarlah. Kami tak peduli". Briefing dimulai. Saya sudah tak ingat betul siapa yang mengambil alih briefing dan apa isinya. Tapi pembahasannya tak jauh dari kejadian semalam. Pembahasan berlangsung, tapi ada suara-suara bising yang tak jelas dari arah peserta cewek, di sana ada Izna, Rhiny, Anhie, dkk, entah soal apa. Semuanya menjadi jelas setelah Bang Jack angkat bicara dan mengangkat sesuatu yang jelas sangat sakral "Siapa punya ini? Mengaku kohh!!". "ASTAGA!!! APA ITU!!! LUAR BIASA!!!" Sebuah segitiga pengaman (baca: dalaman cowok berwarna biru tua dan masih agak basah) menggantung di antara jemari telunjuk dan jempol Bang Jack. Kontan kami terkejut bukan buatan. Siapakah pemilik asli dari benda sakral itu? Hingga saat ini masih menjadi misteri.. Inilah para tersangka yang tak punya alibi: A) Tyar/Andis Mahmud (dikenal tidak teratur dan tidak peduli dalam berbagai hal) B) Kelik/Asai (orangnya memang rapi dan teratur, tapi dalam situasi panik dan di antara ketidakterauran, bisa saja dia menjadi teledor) C) Fithrah (tidak jauh berbeda dengan Tyar/Andis, suka menaruh barang di sembarang tempat) D) Rahman (biru adalah warna favoritnya) E) Deddy (ada gangguan dengan penglihatan, mungkin saja ia tidak melihat dalaman itu dan lupa memasukkan dalam tas) F) Egha (gabungan dari Tyar+Fithrah+Deddy) G) Akram (tak jauh berbeda dengan Tyar dan Fithrah) H) Yoel dan Aman (selama rangkaian diklat, mereka sangat pendiam, mungkin mereka menyembunyikan sesuatu) I) Rahmat (sangt Peserta Tertidur, mungkin karena keasikan tidur, ia lupa merapikan perlengkapannya) --------- Siapakah kandidat anda?
|
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 21.21
0 Komentar
Buka/Tutup Komentar
 |
|
|
|
| Cerita Putih Abu - Abu . Benar - Benar Memalukan ! |
| ☼ |
| ☼ | Hari itu hari Sabtu, sehabis melaksanakan Sabtu Bersih Lingkungan, masuklah kami di pelajaran pavorit bagi beberapa orang: Bahasa Indonesia. "bla.bla.bla.bla" Bu Guru menerangkan dengan gaya klasik seorang guru yang sukses membuat kami bosan. Muncullah suara-suara parau dari belakang kelas "Tyar, habis mie waktunya!!" bisik Theo "Iyo kahh" balasku. "Yakin kohh?! Hari Sabtu ine, ndak sama jadwalnya sama hari-hari lain!" "Iyo! Liat mekohh jam berapa mie?! Mau Kohh dimarahi lagi sama Pak Atang gara-gara terlambat!?" Lanjutnya semakin meyakinkan Si Aspin pun ikut-ikutan "Iyo, Tyar! Habis mie!!Bilang mekohh!!" Saya makin tak yakin, tapi sepertinya teman-teman yakin betul. "Woi, habismie! Nanti dimarahiki' lagi kayak minggu-minggu lalu!!" sambung Ayus, diikuti celotehan Bowo, Abid, Utun, dan lain-lain. "Tyar! Bilang kohh ke ibu! Kau Tommieh KETUA KELAS!!" Sambung mereka lagi "Tar" Kupanggil Tharie yang juga tak kelihatan seperti memperhatikan penjelasan sang guru. "Bilang kohh ke ibu, habismie waktunya!" "Kau mohh!!" tolaknya mentah-mentah. Lama kelamaan kelas makin ribut dan gelisah. "Bu, habis waktu.. Bu, Habis..!!" celoteh teman-teman di belakang. Akhirnya saya pun menyampaikan aspirasi mereka dengan gagah berani "Bu, maaf. Waktunya sudah habis." kataku pelan agak keras "SIAPA YANG BILANG?!" sang guru terlihat tidak senang. "SIAPA YANG BILANG WAKTU SUDAH HABIS? INI HARI SABTU! JAM SEGINI MASIH LANJUT! MASIH ADA LIMA BELAS MENIT!!" saya dan teman-teman panik "SIAPA YANG BILANG?? ANGKAT TANGAN!! KALIAN INI KURANG SOPAN!!" Terdengar lagi celotehan bodoh dari bangku belakang "Siapa bilang itu'ehh? Angkat tangankohh!! Siapakah itu tadi'?!" Saya pun mengancungkan tangan tinggi ke atas. Disusul oleh Tharie. Dan teman-teman yang lain bisa ditebak, pura-pura tidak tahu dan pura-pura tidak terjadi apa-apa. Sungguh mejengkelkan. "Mana ini Theo', Ippank, Ayus, sama yang lain'ehh. Dia tommieh yang pakarammula. Masa' saya jie sama Tharie yang kena?!" pikirku dalam hati. Singkat cerita, saya dan Tharie dipanggil ke meja guru dan diceramahi. Kami tak bisa mengelak. Alhasil.. "Berdiri di sana!!" perintah ibu "WHAT THE?! Berdiri? Ayolah, ibu pasti bercanda! Hukuman berdiri itu untuk SD sama SMP. Saya? Kurang dua bulan lagi tamat SMA disuruh berdiri di depan kelas?! Bukan sakitnya, Bu! Malu!! Sama teman-teman kelas sih tidak masalah. Sama anak-anak yang lewat depan kelas baru naliat ki' begini? Mate mie jah!" Akhirnya, saya didampingi Tharie berdiri sangat romantis di depan teman-teman yang begundal tak tahu diri ini. Kupandangi Ippank yang senyum seakan tak terjadi apa-apa. Sehabis itu, kulimpahkan kemarahan padanya habis-habisan. Bukan karena apanya, dia yang paling semangat tadi! Sungguh kenang-kenangan yang tak pantas dikenang seusai SMA nanti. |
| | ☼ |
| ☼ |
|
Satu lagi postingan keren oleh Andis Mahmud @ 21.17
0 Komentar
Buka/Tutup Komentar
 |
|
|
|
|
| Daftar Isi |
|
| Teman Blogging |
|
| Kosmik Blogger |
|
| Arsip |
|
| Sponsor |
|
|
|
Wah, bang, skrng "gua" udah bisa naik motor ya...
Wah..wah..